MUARABUNGO, SEPUCUKJAMBI.ID – Petani di Dusun Aurgading, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo, harus menghadapi kerugian besar akibat banjir yang merendam lahan sawah mereka.
Sekitar 20 hektare lahan cetak sawah, yang biasanya menjadi sumber penghasilan utama petani, kini dipastikan gagal panen setelah diterjang luapan Sungai Jujuhan.
Tanaman padi yang terendam banjir rata-rata berusia sekitar tiga bulan dan seharusnya siap panen dalam waktu dekat.
Namun, banjir mendadak yang datang dengan cepat menghilangkan harapan petani untuk memperoleh hasil panen yang baik tahun ini.
Kaspur, salah satu petani di Aurgading, mengungkapkan kesedihannya atas musibah tersebut.
“Betul, untuk musim panen kali ini, dipastikan para petani yang mencetak sawah gagal panen akibat banjir luapan Sungai Jujuhan,” kata dia.
“Banyak petani sangat bergantung pada hasil padi sawah ini. Sekarang, mau Lebaran, malah terkena musibah. Kami berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada petani yang terdampak banjir ini,” ujar Kaspur.
Tak hanya di Aurgading, kondisi serupa juga dialami petani di Bukit Sari dan Kuamang, di mana puluhan hektare lahan cetak sawah di daerah tersebut juga terendam banjir.
Selain padi, lahan jagung seluas 25 hektare juga mengalami gagal panen akibat genangan air yang tak kunjung surut.
Banjir yang melanda kawasan ini tidak hanya merugikan petani secara ekonomi, tetapi juga mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Para petani berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, baik dalam bentuk bantuan darurat maupun langkah jangka panjang untuk mengatasi banjir musiman yang kerap terjadi setiap musim penghujan.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak terkait mengenai langkah yang akan diambil untuk membantu petani yang terdampak.
Namun, para petani berharap ada kompensasi atau bantuan agar mereka bisa kembali bangkit dan menggarap lahan pertanian mereka setelah air surut.
Musibah ini menjadi pengingat betapa pentingnya perbaikan sistem irigasi dan mitigasi banjir yang lebih baik di daerah rawan luapan sungai, agar petani tidak terus-menerus mengalami kerugian setiap musim penghujan tiba.(*)
Tinggalkan Balasan