Tampilnya para penyandang disabilitas dalam malam puncak Festival Tumpah Ruah itu, merupakan inisiatif langsung dari Wakil Wali Kota Jambi, Diza Hazra Aljosha, yang juga bertindak selaku Ketua Panitia Pelaksana. Gagasan ini dihadirkan sebagai bentuk nyata komitmen inklusivitas dan kepedulian dalam setiap ruang ekspresi publik.
“Kita ingin menunjukkan bahwa Festival Tumpah Ruah adalah milik semua warga. Memberikan ruang bagi teman-teman disabilitas untuk tampil bukan hanya soal panggung, tapi juga pengakuan atas keberadaan dan potensi mereka sebagai bagian dari Kota Jambi Bahagia,” ungkap Diza.
Apresiasi kepada para difabel dalam acara itu menjadi pengingat bahwa pembangunan manusia bukan hanya tentang angka, tetapi tentang keberpihakan, kesetaraan, dan kasih sayang.
Para difabel yang terlibat pun tak sekedar tampil sebagai penerima apresiasi, melainkan sebagai pelaku aktif yang menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk menciptakan karya dan menginspirasi.
Dalam kesempatan itu, Wakil Wali Kota Diza, kembali menegaskan, bahwa Festival Tumpah Ruah merupakan manifestasi dari revitalisasi ruang kota yang dipadukan dengan pemberdayaan generasi muda Kota Jambi. Terminal Rawasari yang dulunya dikenal sebagai pusat aktivitas masyarakat, kini kembali hidup melalui tangan-tangan kreatif anak muda.
“Pak Wali secara khusus meminta kami, para pemuda, untuk memanfaatkan kawasan ini. Alhamdulillah, teman-teman panitia semuanya warga Kota Jambi dan siap menggarap tantangan ini,” jelas Diza.
“Festival ini kami selenggarakan tanpa menggunakan event organizer (EO) komersial, semuanya murni hasil kolaborasi bersama komunitas-komunitas lokal,” lanjutnya.
Wawako Diza juga menyampaikan apresiasi kepada Wali Kota atas kepercayaan besar yang diberikan kepada generasi muda. Festival tersebut, katanya bukan hanya hiburan, tetapi juga menjadi ruang belajar, ruang tumbuh, dan ruang pengabdian masyarakat, yang dibuktikan melalui berbagai kegiatan lainnya seperti pelatihan membatik, pelatihan ekonomi kreatif, pameran seni rupa dari seniman lokal, hingga aksi komunitas olahraga sepeda, lari, dan breakdance.
Tinggalkan Balasan