SEPUCUKJAMBI.ID – Di era digital saat ini, banyak orang memilih untuk menuangkan perasaannya melalui media sosial.
Fenomena ini mungkin terasa janggal, mengingat berbicara langsung dengan orang terdekat seharusnya lebih aman dan menenangkan.
Namun, kenyataannya, banyak yang merasa lega setelah membagikan curhatan mereka melalui story, tweet, atau unggahan panjang di media sosial.
Mengapa Orang Lebih Memilih Curhat di Media Sosial?
Salah satu alasan utama adalah kendali penuh atas apa yang ingin dibagikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
Di media sosial, kita bisa dengan bebas mengatur kata-kata, memilih foto, menyunting cerita, bahkan menghapus unggahan jika dirasa terlalu pribadi.
Proses ini memberi rasa aman, karena kita dapat memfilter emosi sebelum membagikannya.
Selain itu, kita tidak perlu menerima respons langsung yang kadang bisa membuat tidak nyaman.
Kebebasan Bercerita Tanpa Beban
Media sosial juga memberi kebebasan bercerita tanpa harus mendengar balasan panjang atau nasihat yang tidak diminta.
Teman dekat sering kali memberikan tanggapan dengan niat baik, namun hal itu bisa terasa menghakimi atau malah membuat kita merasa bersalah.
Risiko dalam Membuka Cerita ke Teman Dekat
Keterbukaan kepada teman dekat bisa membawa risiko emosional yang tidak dimiliki oleh media sosial.
Cerita yang dibagikan langsung sering kali memengaruhi dinamika hubungan. Ada rasa takut dianggap lemah, merepotkan, atau terlalu dramatis, terutama jika cerita itu berulang atau menyentuh aspek pribadi.
Bebas dari Beban Sosial
Media sosial memberi rasa kebebasan tanpa beban sosial. Kita tidak perlu menjaga ekspresi wajah, menahan tangis, atau khawatir apakah lawan bicara merasa tidak nyaman.
Semua bisa disampaikan melalui layar, di waktu yang kita pilih sendiri, tanpa harus menghadapi tatapan atau reaksi yang sulit dihadapi.
Keterbukaan dalam Era Digital
Fenomena ini juga dipengaruhi oleh perubahan cara kita membangun kedekatan dalam era digital. Banyak hubungan saat ini terbentuk dan dipelihara secara daring.
Hal ini membuat batas antara teman dunia maya dan teman nyata semakin kabur. Dalam konteks ini, bercerita di media sosial terasa cukup sebagai bentuk interaksi emosional.
Dampak Negatif Curhat di Media Sosial
Namun, kebiasaan curhat di media sosial memiliki dampak negatif. Ketergantungan pada platform sosial sebagai tempat untuk berbagi perasaan bisa mengurangi kualitas hubungan nyata.
Ini bisa membuat kita merasa semakin jauh dari orang-orang terdekat, karena kita tidak pernah benar-benar berbagi secara mendalam.
Selain itu, kebiasaan ini bisa memicu oversharing, yaitu membuka terlalu banyak informasi pribadi ke publik.
Dalam jangka panjang, ini bisa menjadi bumerang, karena jejak digital tidak pernah benar-benar hilang. Apa yang hari ini terasa melegakan, bisa menjadi bahan gosip atau penyesalan di masa depan.
Kembali ke Teman Dekat
Di tengah dunia yang cepat dan penuh tekanan, kita kadang hanya butuh tempat untuk menaruh beban tanpa harus menjelaskannya panjang lebar.
Namun, mungkin sesekali tidak ada salahnya mencoba kembali bercerita pada teman dekat yang benar-benar peduli, bukan hanya di media sosial.(*)
Tinggalkan Balasan