MYANMAR, SEPUCUKJAMBI.ID – Sejumlah organisasi bantuan menghadapi hambatan besar dalam menjangkau korban gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar.
Gangguan komunikasi dan kerusakan infrastruktur memperparah situasi, sementara jumlah korban jiwa terus bertambah.
Kepala Misi Médecins Sans Frontières (MSF) di Myanmar, Federica Franco, menyatakan bahwa timnya mengalami kesulitan besar karena pemadaman komunikasi di wilayah terdampak.
Menurutnya, konflik bersenjata yang telah berlangsung selama empat tahun di Myanmar semakin memperburuk kesiapan negara dalam menghadapi bencana alam besar.
Joe Freeman, peneliti Amnesty International, mendesak junta militer Myanmar untuk mengizinkan akses bantuan kemanusiaan ke seluruh wilayah terdampak.
Sementara itu, Direktur Nasional World Vision Myanmar, Kyi Minn, mengungkapkan bahwa rekonstruksi wilayah yang terdampak bisa memakan waktu bertahun-tahun.
“Jalan raya dan bandara mengalami kerusakan parah, sehingga sulit bagi tim penyelamat untuk masuk ke wilayah yang terkena dampak gempa,” ujar Kyi Minn.
Margaret Harris dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan bahwa kerusakan akibat gempa ini sangat luas, sehingga WHO mengaktifkan pusat logistik untuk menyediakan pasokan medis dan peralatan trauma guna merawat korban.
Palang Merah Myanmar juga melaporkan kerusakan besar di kota-kota seperti Mandalay, Sagaing, Naypyitaw, Bago, dan Southern Shan.
Gempa yang terjadi pada Jumat, 28 Maret 2025, juga terasa hingga wilayah China dan Thailand.
Pusat Jaringan Gempa China (CENC) melaporkan bahwa getaran dirasakan di Provinsi Yunnan, China barat daya.
Di Thailand, warga di wilayah selatan dan Bangkok berhamburan ke luar bangunan akibat guncangan kuat.
Pemerintah junta militer Myanmar secara resmi menetapkan status darurat di sebagian besar wilayah akibat gempa ini.
Dalam siaran langsungnya pada Jumat malam, Jenderal Min Aung Hlaing menyampaikan bahwa jumlah korban jiwa diperkirakan terus meningkat.
“Saat ini tercatat 144 orang meninggal dunia, sementara 732 orang lainnya mengalami luka-luka akibat gempa dahsyat ini,” ujar Min Aung Hlaing kepada Reuters.
Dengan situasi yang masih genting dan akses bantuan yang terhambat, upaya penyelamatan dan pemulihan di Myanmar diperkirakan akan menghadapi tantangan besar dalam beberapa hari ke depan.(*)
Tinggalkan Balasan